Jumat, 29 April 2011

Kita

Aku dibuat termenung oleh “kita”. Kesulitan mencari perumpamaan tentang apa itu “kita”? Apa itu yang kumaksud aku dan kau; cuma! Karena segala yang “kita”, mengendap dalam kalbu saja, membuncah pikiran, dan hanya gerangan hati yang tahu bagaimana rupanya “kita”.

Sajak-sajakku kurang berlebihan pikirku. Itu tidak cukup memperlihatkan jalan yang sudah dan akan kita tapak; yang buruk tidak buruk nian, elok terlalu elok! Sedang sajakku yang buruk ialah terlalu buruk dan yang elok tidak elok nian. Dan begitu pun bunga-bunga yang kurangkai dan kupajang di sudut bingkai. Juga bulan yang tidak sering ia bertengger di sudut lain bersama sekawanan bintangnya. Atau pula matahari yang saban waktu menahta di tengah-tengah dunianya. Ah, dan bumiku kekurangan kata-kata, kekurangan inspiransinya. Ataukah itu justru batasnya? Yang melingkupi pikiran penyair, pembuket kata demi kata, kalimat demi kalimat. Kerap mengunci otakku!

Baiklah! Kucoba tuliskan apa itu “kita”; dan otakku akan berputar lahan-perlahan.

Sejak awal persuaan, kusebut akhir pencarian belahan nafas. Belahan yang ketika ku bermuka denganmu maka aku sedang bercermin. Kutujukan adalah pikiranku. Ketika ia pergi ke utara, karena anginmu menuntunnya ke utara. Ketika berhalu ke selatan, karena tanganmu melambai memanggil dari selatan. Dan sewaktu diam tidak berkutik, karena melihatmu terbujur kaku di sampingku. Di samping pikiranku dan jiwaku!

Semenjak kapan aku tahu tentang belahan nafas? Kapan kita tahu tentang belahan jiwa? Yang berdampingan senantiasa ke mana kaki pergi dan berlari. Dan tangan kita bergandengan melekat ketika melangkah dan menyebrangi sungai yang arusnya deras bukan kepalang! Sungguh pun, bayanganmu dan bayanganku berpelukan di latar cahaya matahari dan bulan.

Ya sejak kapan aku kamu? Setelah kita sama-sama meminum racun dan madu dalam satu piala. Setelah kita bersemangat dan kelelahan dalam tiap tajuk hari yang berganti-ganti selayaknya musim. Setelah kita acap berdebat memperbedakan kesamaan, bergelut memihak emosi kita; lalu luntur dimakan ulat-ulat daun, kemudian jatuh tidak bernyawa.

Dan sang waktu mendewasakan, segala yang “kita” dilahirkan olehnya dengan saksama. Apa lagi yang tak kuceritakan kepadamu? Yang waktu beri setiap detik aku bernafas. Dan apa yang tak ku tahu tentang kamu? Meski sedikit menutup mulut, aku tahu apa yang sedang berdiam diri, aku tahu apa yang sedang berdiam diri dalam ruang benakmu. Wajahmu itu berbisik lembut ketika engkau terpekur oleh jelita sunyi. Ketika engkau membungkam bibir itu. Maka seluk belukmu memang aku sudah kenal dekat. Seperti engkau sekiranya demikian padaku.


Dan tahukah kamu, Sobat? Kapal yang kita layari akan terus mengombak di atas laut-laut. Terus mengikuti haluan angin yang meniup; kadang lembut, kadang ia mahadahsyat. Tapi lengan kita terlalu kokoh membiarkan kapalku dan kapalmu tumbang begitu saja oleh taifun, ditelan samudera. Dan kita syukuri segala puji ketika angin menghembus sepoi memberi nikmat kepada kapal kita, membawanya menyinggahi dunia baru. Senuah dunia yang sengaja mempersembahkan kisah-kisah yang akan lama berkutat dalam ingatan kita.

Tentang langit biru beserta ratusan burung layang-layang berkepakan mengalun musik, dan kita berdansa menari-nari. Hei! Ada sepasang malaikat ikut berdansa bersama kita, lalu mereka naik ke langit menjaga kapal kita.

Tentang murkanya awan, mengepul gelap. Serentetan hujan menghunjam di atas kapal kita! Dan sejauh bumi dan langit kita kendali kemudi kapal. Tunjukkan pada badai itu! Mereka kalah! Sebab kapal kita teamat kokoh dan tegar. Ketika aku menggigil beku, dan kau ada menghangatkanku. Apa yang perlu kukhawatirkan lagi?

Tentang pelangi yang meraja sehabis hujan turun. Akan ada bidadari mengajak kita naik ke langit. Hingga malam melayang di sana. Diperkenalkannya kita kepada bintang-bintang bergemerlapan. Kita sudah menunjuk satu bintang, kan? Lihat saja kepada barat, ada bayangan kita masih bermain di kejora itu. Dan ketika matahari terbangun, kita pun terbangun di atas kasur. Tidak, kita tidak sedang bermimpi. Tapi salah satu bidadari berbaik hati mengantar kita kembali ke bumi sewaktu ketiduran di bulan penuh; kelelahan terlalu lama bermain dengan bintang-bintang.

Dan masih banyak lagi serangkaian dunia yang sedang menunggu kita datang ke dermaganya.

Suatu hari di dahulu waktu. Aku terkulai jatuh dihempas sejuta makian. Di mana bunga-bunga rekahku? Kucsri-cari wanginya telah hilang pula. Tamannya telah poranda, bumi sudah menelannya dalam-dalam! Dan kau datang beri aku pot bunga putih yang mahawangi, kau siram pula saban fajar dan senja. Tahukah kau? Sekarang bunganya merambat ke seluruh ruangku yang dulu gersang dan mati. Ia nampak seperti taman surga dengan wangi kesturinya yang bernafas setiap detik. Relungku sudah kembali harum, Sobat!

Apa yang patut kusembahkan sekiranya pamrihku padamu? Tapi tangan ini tetap menjangkau ketika engkau jatuh suatu kali nanti (dan sungguh kuharap engkau tetap berlenggang dalam damai). Dan akan kubagikan berapapun tangkai bunga yang kau minta. Biar kutebar wanginya di seluruh rumahmu. Sebab kita dalam kapanpun berjalan di satu panggung. Dan ketika satu rasa menjamahku, ia mengetuk jendelamu. Pun ketika ia tertidur di benakmu, mimpinya melayang ke kamarku. Kita satu rasa!

Katakan padaku! Apa yang belum melengkapi tentang kita? Apa yang belum mewakili kata “kita”? sebutkan! Apapun itu, bahasakan pada angin, nanti ia sampaikan segera padaku. Ucapkan pada bulan, setiap malam ia mengingatkanku. Teriakkan pada ombak, agar kapalku bisa mendengarnya. Ku tahu makna kita sedalam hatimu yang tersembunyi, seluas harapanmu, sebanyak arak-arakan awan di langit biru, sekuasa matahari dengan teriknya, seanggun bulan bersama dayang-dayangnya; sang ribuan bintang, setenang langit malam... sejuta ikhwal di segenap bumi!

Kutahu...

Segala yang kita mengendap dalam kalbu saja. Dan hanya gerangan hati yang tahu bagaimana rupanya kita...

Bandung, Januari 2003

(prosa bikinan temen buat aq dulu, tapi... setelah kejadian lalu mungkin prosa ini dah ga layak bgt buat aq ya... aq emg bukan temen yg baik. Tapi selama miss communication kemaren, aq selalu berdoa yg terbaik buat temenku dan sering bgt keingetan prosa ini. taunya dia nulis di wall fb tapi aq telat bgt bacanya ya... kata2nya bikin melayang...ga pantes bgt klo bikin buat aq mah. Hhh... pgn kembali ke masa lalu deh, kenapa pas hari bahagia kita saling ga ada satu sama lain?! nyesel bgt!!! Tapi dgr2 katanya kata2 puitisnya dah tumpul ya? mungkin karena ga deket ma aq lagi kali, jadi ga ada inspirasi.... hehehehehe.........)

Selasa, 26 April 2011

Selalu Ada Hikmahnya...

Kemaren pagi aku dapet hikmah dibalik satu kejadian yg ga enak bgt. Menyebalkan si klo diinget2, tapi kemudian aku tuh jadi bersyukur bgt ada kejadian itu, kok bisa gitu ya? Gini ceritanya…  Kejadiannya di tempat kerja sih, biasalah di semua perusahaan pasti berlaku pasal 1 ayat 1, “boss is always right”. Dia bukan bos sih… tapi ngakunya senior alias dah tua, alias dah kuno… (pas nulis cerita ini jadi kesel lagi… ^_^). Katanya kerjaanku ga beres, PADAHAL kerjaanku tuh dah menurut strandar sekarang deh. Pas aku bilang gitu, n mau aku datengin bos biar dia percaya eh, dia malah ngomel2. Katanya jangan suka ngajarin orangtua, saya disini dah lama, angkatan kamu tuh yang kerjanya ga beres…blablabla…. (orangtua kaya gini…kasian bgt ya yg jadi anaknya, pasti dia stuck cara jadul n ga mo nerima perubahan!)

Ko gitu? Iya, soalnya aku lagi ngalamin. Caraku ngurus bayi sekarang kan beda ma zaman dulu, zamannya ibu2 kita. Sekarang biarpun aku kerja aku tetep bisa kasih asi ekslusif. Susah deh klo ga didukung ma orangtua dan mertua kita, apalagi klo tinggal deketan, beneran, susah bgt!!! Awalnya mereka aneh bgt klo asi itu bisa disimpen, mereka khawatir basi ato takut bayinya kekurangan karena aku ga ada. Tapi mamaku tuh jempol bgt deh, ga perlu waktu lama buat ngeyakinin dia. Tapi mertuaku masih ragu, soalnya sesekali suka ngusulin kasi sufor, trus pas udah MPASI suka penasaran bgt pengen kasi Kinay makanan macem2, ky biscuit dll. Dia sempet beli sufor pas masa asi ekslusif Kinay, tapi diumpetin gitu takut ketauan aku, baru deh dah 6 bln, cerita2 klo punya sufor. Trus kemaren Kinay baru mulai MPASI dibeliin biscuit Farley rasa jeruk, aku bilang aja Kinay ga boleh makan biscuit dulu, manis. Makanan Kinay mau home made aj, ga buatan pabrik, 100% alami. Jadinya farleynya yg makan om-nya tuh yg udah SMA. Hehehe…. Kemaren si semua urusan makan Kinay, aku yg bikin. Tapi pas umur 8 bulan, aku ngungsi ke rumah mertua soalnya rumahku lagi dibongkar. Kinay dah mulai makan bubur, awal2nya si aku yg bikin, eh, makin kesini, keduluan mulu yg bikin buburnya jadi mertuaku. Aduh, emang si makasih bgt, tapi garemnya itu loh… hiks…jadi ksian ma Kinay. Katanya sih sedikiiiiit bgt kasi garemnya tapi garem kan tetep garem.

Tapi, aku bersyukur bgt punya mertua yg baik n ga cerewet (Alhamdulillah ya Alloh…). Beda pendapat itu lebih karena ketidakpahaman dia soal asi n mpasi. Dia ga pernah sih maksain kehendak n bilang klo aku salah n ngatain macem2. Mungkin selama ini salahku juga sih, ga bisa komunikasinya. Soalnya aku tuh masih agak segen ngobrol ma ibu mertua ^_^.  Kemaren mertuaku beli tabloid kuliner yang isinya tentang catering bayi yg bilang klo MPASI itu ga boleh pake gula ndan garem, soalnya garem bisa merusak ginjal, dan gula ngerusak gigi. Jadinya sekarang klo masak bubur ga pernah digaremin lagi.  Mama-ku sampe iri, katanya teteh mah enak punya mertua baik banget… Coba klo mertuaku cerewet n galak kaya orang yang aku ceritain di awal tadi, bisa nangis tiap hari aku….   

Klo orangtua kita masih berpikiran jadul n ga mau nerima perubahan, susah bgt loh nerapin asi ekslusif n kasih mpasi yg bener. Temenku ngalamin sendiri, ibunya ga mw tau klo dibilangin ma anak, pokoknya zaman dulu ga banyak aturan juga bisa segede sekarang. (Iya emg jaman dulu mah anak sekolah nyeker,jarang yg pake sepatu, ga pake motor, ga ada TV, telpon, internet, mobil...fiuuuhhh.......klo patokannya zaman dulu mulu gimana kita bisa maju ya???)  Aku jadi kasian denger cerita temenku itu, padahal itu ibunya sendiri. Jadi gitu loh ceritanya kenapa aku bilang Alhamdulillah bgt dah diomelin ma orangtua itu, aku jadi sadar betapa beruntungnya aku ga punya mertua kaya dia…. 

Minggu, 24 April 2011

MPASI...

Pertumbuhan fisik bayi hingga balita bukan hanya tentang berat badan, tapi juga panjang (di bawah 2 tahun) atau tinggi (di atas 2 tahun) anak.

Sementara sekarang ini terjadi kesalahpahaman tentang pemahaman gizi tumbuh kembang. Bukan lagi tentang malnutrisi (anak dengan tulang berbungkus kulit), tapi epidemi anak nampak berbobot lebih namun pendek.

Panjang atau tinggi badan anak menunjukkan kondisi gizi jangka panjang yang sesungguhnya. Saya banyak melihat anak-anak yang nampak ‘subur’, tapi bila dihitung cermat perbandingan berat badan dan tingginya maka saya bisa membayangkan kengerian di hari depan.

Memang, ras orang tua menentukan tinggi badan seorang anak. Tapi kita mempunyai standar rata-rata (dan deviasi statistik) yang juga perlu jadi acuan.

Ketika bayi lahir, biasanya pada minggu pertama terjadi penyusutan berat hingga 10 persen (karena pengeluaran air, termasuk penguapan – yang di dalam rahim ibu hampir tidak terjadi). Namun minggu ke dua terjadi penambahan berat sebesar 200 gram per minggu.

Dengan kata lain, di usia 6 bulan beratnya 2 x berat badan lahir. Di usia 6-12 bulan, penambahan 150 gram per minggu. Sehingga usia 12 bulan, beratnya 3 x berat badan lahir.

Antara 12-18 bulan, penambahan 100 gram per minggu dan usia 18-24 bulan cukup 50-75 gram per minggu. Lho kok anak tambah usia tapi pertambahan beratnya semakin turun? Perlu jadi perhatian, bahwa anak bukan hanya tumbuh, tapi juga berkembang. Sehingga fokus utamanya bukan lagi perkara lebih besar, tapi juga lebih matang.

Fungsi hati semakin dipertegas, fungsi alat cerna semakin maju, fungsi syaraf luar biasa pesat berkembang. Karenanya istilah growth and development cocok sekali.

Jadi seorang anak yang sempat mengalami kekurangan gizi karena suatu sebab tertentu, tetap bisa dikoreksi dengan kembali menerapkan pola makan sehat. Ketimbang anak gemuk tapi pendek. Anak Indonesia cenderung kelebihan karbohidrat dan lemak, ketimbang protein. Padahal untuk memperbaiki tinggi/panjang badan, protein dan kecukupan mineral adalah kuncinya.

Goldstandard (nilai acuan terbaik) asupan nutrisi bayi (infant) adalah ASI. Jadi, bila bayi masih dalam batas usia pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan), buat apa memberi makanan yang lebih rendah dari ASI?*


Mengenai MPASI

MPASI adalah Makanan Pendamping (bukan pengganti) ASI. Semakin dekat dengan bentuk aslinya di alam, tentu semakin baik.

Yang penting untuk diperhatikan dalam MPASI adalah: kebersihan/hygiene, rasa dan ‘aman tidak’nya untuk lambung bayi, cocok/tidaknya derajat kehalusan karena pencernaan bayi masih baru ‘siap-siap’menerima makanan baru selain ASI.

Selain itu yang paling penting kecukupan kandungan gizi yang sesungguhnya menjadi kebutuhan manusia, perhatikan imbangannya (seperti kandungan ‘fitat’ dalam serat tumbuhan bisa menghambat penyerapan zat besi, misalnya. Tapi tidak semua sayur berserat mengandung fitat tinggi! Selada bokor (iceberg lettuce) misalnya tidak mempunyai fitat! Tapi romaine lettuce mempunyai fitat tinggi).

Contoh MPASI pemula (usia 6 bulan): cukup perkenalkan sari buah dan sayur dahulu (cair!). Jangan langsung berbentuk lumat atau padat. Peras jeruk bayi, perasan tomat asli, perasan wortel, jus (asli buat sendiri) bayam/ horenzo – saring ampasnya. Alpukat blender dengan cukup banyak air (jadi tidak terlalu padat) bisa diberikan di akhir bulan ke 6 begitu pula perkenalan protein lain seperti blender kacang merah (masaklah) atau tempe. ASI tetap memainkan porsi penting.

Bulan ke 7-8 bisa mulai dengan kerok pisang atau blender alpukat (dengan air disedikitkan), perkenalkan protein ‘tingkat tinggi’ seperti ayam kampung (dagingnya, bukan cekernya!) ikan (coba sedikit dahulu, seperti daging kakap atau bawal) diblender bersama blender bubur kacang merahnya. Akhir bulan ke 8 bayi sudah mempunyai gigi seri depan dan bawah mulai ‘nongol’. Keinginan menggigit dan ‘gregetan’nya sudah muncul. Stimulasilah dengan makanan. Ajar memegang mangga harum manis atau kiwi manis atau pisang mas untuk digigit pelan-pelan. Blender kasar tidak lagi dibuat bubur, melainkan masukkan mangkuk dan tim. Beras merah organik bisa menjadi tambahan karbohidrat usia tumbuh kembang. Tapi bukan terigu, apalagi gula. Semua sayur, buah dan beras merah tadi sudah cukup gula, karena mereka adalah karbohidrat. Yang penting justru selalu lakukan rotasi (perputaran/giliran), kombinasi, dan variasi.

Rotasi sumber karbohidrat misalnya membuat kita selalu mendapatkan apa yang miskin di satu jenis tapi terdapat banyak di jenis lain (seperti tidak semua selada kaya akan kalsium tapi ada selada tertentu yang punya kalsium lebih banyak).

Variasi nutrisi membuat kita tidak mungkin kelolosan/kekurangan zat nutrien yang dibutuhkan tubuh (bayangkan bila biskuit dan bubur bayi kemasan yang dijadikan andalan MPASI!) –yang ada malah variasi pengawet dan rasa artifisial.

Kombinasi sumber pangan membuat kekayaan lidah bertambah – tim tempe dengan cincang ayam rasanya jauh berbeda dibanding cincang ayam yang sama diolah dengan sup blender labu parang misalnya!

Konsistensi (kekasaran) bentuk makanan bisa secara bertahap berubah dari yang sama sekali cair, lumat, lembek, lunak, hingga agak keras dan akhirnya usia 12 bulan bisa duduk bersama orang tuanya di meja makan. Usia 24 bulan, gigi anak sudah tumbuh komplit, jadi tidak ada alasan sama sekali baginya untuk tetap mengonsumsi makanan lunak apalagi blender, kecuali bila memang ia mempunyai gangguan stimulasi oral tumbuh kembang. Enjoy parenting!*

(oleh Dr. Tan Sot yen, tabloid Nyata edisi Desember 2010)

Nutrisi Anak Satu Tahun dan Ibu Menyusui (By Dr. Tan Shot Yen)

Tak bosan2nya saya tandaskan: MPASI selain merupakan pendamping (bukan pengganti!) ASI-nya yang masih diteruskan sampai usia dua tahun, juga merupakan ajang latihan si kecil mengasup, menikmati dan mencintai makanan padat sesuai kebutuhan nutrisinya. Saya tidak pernah lupa menegaskan sesuai dengan apa yang ditulis di Quran (bayangkan agama saja sudah mengaturnya): "susuilah anakmu sampai usia dua tahun"-dan tidak ada embel2 susu lain setelahnya. Bukan hanya zaman nabi belum ada industri susu kaleng, tapi memang manusia sudah cukup mendapat semua kebutuhan gizi diatas dua tahun melalui makanan yang dikunyah dan gaya hidup sehat.

Telur ayam (terutama bagian kuningnya) dan beberapa jenis ikan (jangan disamaratakan semua jenis ikan) memang mengandung protein tertentu yang bisa jadi tidak cocok atau belum waktunya untuk bayi yang sensitif. Cobalah ganti telurnya dengan telur burung puyuh misalnya. Bahkan banyak menu balita tampil semakin menarik dengan variasi telur kecil2 ini.
Begitu juga dengan ikan. Sudah saatnya kita lebih kritis dengan kualitas ikan saat ini. Salmon 20 tahun lalu tidak sama dengan salmon masa kini. Salmon yang terbaik ditangkap dari perairan laut bebas yang tidak tercemar. Sekarang hampir semua salmon yang saya temui berasal dari peternakan salmon! Ciri khas yang kasat mata adalah semakin lebarnya garis2 putih pada dagingnya yang oranye (Perricone, N. 2002. The Perricone prescription. A physician's 28-day program for  total body and face rejuvenation. New York:Harpercollins Publisher, Inc.)
Ikan yang hanya berkeliaran di kolam dan tinggal buka mulut menelan pelet cenderung lebih malas dan mempunyai garis lemak yang sangat kentara. Ketimbang ikan laut bebas yang gesit mengejar makanan dan kabur menghindar dari musuh. Jujur, sudah lama sekali saya tidak pernah membeli salmon. Apalagi kasus tingginya merkuri dan logam berat semakin menuai kontroversi tentang mitos gizi ikan salmon.
Inilah gunanya pembaruan informasi dan ilmu. Karena ini sangat penting untuk ajaran nutrisi dan pola makan. Sayangnya bentrokan terjadi pada ranah kepentingan ekonomi dan kemapanan investasi yang sudah terlanjur meraup untung untuk mempertahankan 'kepercayaan masyarakat' terhadap mitos2 jenis pangan tertentu.

Dengan tsunami Jepang dan bocornya reaktor nuklir yang merembes hingga ke air laut membuat dunia semakin waspada dengan konsumsi pangan laut (yang sudah lama juga tercemar dengan tumpahan minyak danlimbah pabrik sebetulnya). Sudah saatnya lagi kita pun turut membuka mata dan telinga, berpikir dan mengambil tindakan tanpa perlu menjadi panik. Namun saya masih percaya kekayaan laut negeri kita. Salah satu jenis rumah makan kecintaan saya adalah yang menyajikan berbagai masakan khas Makassar. Ikan Papakulu, ikan titang dan udang kipas adalah kekayaan eksotis bermutu dan tidak kalah dengan ikan tuna atau salmon. Balita sangat menyukai tekstur ikan bawal dan kerapu yang sangat lembut. Teri nasi juga sanat baik untuk campuran berbagai tim. Perlu dipahami, semakin kecil bentuk ikannya, semakin sedikit kandungan polutan dan cemaran lautnya.

Seimbang fisik dan mental
 Sebagai ibu muda , risiko untuk merasa putus asa sangat mungkin terjadi. Bahkan ada yang begitu paniknya sehingga diam2 berupaya diet keras. Semua itu semata-mata hanya ingin bentuk tubuhnya bisa 'kembali langsing dan menarik'. Kelelahan mengurus anak, frustasi mendengar tangisan bayi atau mendengar berbagai cerita miring tentang keluarga.

Selain itu merasa sedih tidak lagi aktif bekerja sesuai ilmu yang (sebagai bagian aktualisasi diri), 'miskinnya' ucapan penghargaan dalam keluarga, membuat seorang perempuan merasa begitu terpuruk dan mudah emosianal. Banyak perempuan merasa minder setelah melahirkan dan seakan hanya jadi 'sapi perah' untuk kebutuhan ASI anaknya. Buah dada tak keruan lagi bentuknya, rambut rontok, muncul flek pada kulit, nyeri pada punggung dan sederet keluhan yang bisa jadi tidak dipahami orang lain yang tidak mengalaminya.
Hal2 seperti itu mendorong perempuan mudah 'terhipnosis' dengan berbagai informasi (gawatnya bila sesat) dan tawaran2 yang seakan membawa mimpinya bisa kembali nyata.

Padahal penumpukan lemak pasca melahirkan justru mudah hilang jika ASI ekslusif gencar. Salah satu komponen yang sangat penting bagi bayi adalah kandungan asam lemak esensial. Olahraga terstruktur (yang diarahkan untuk pengencangan oto) dan terjadwal (bukan 'kalau sempat') semakin memperbaiki kontur tubuh. Bukan hanya itu, perbaikan postur tubuh selama 9 bulan hamil (yang cenderung membuat tulang belakang melesak ke depan) harusnya menjadi porsi utama latihan. Entah lewat pilates atau yoga yang membantu menghilangkan nyeri tulang dan otot.

Perubahan hormonal usai melahirkanpun sering dikaitkan dengan munculnya kerontokan rambut dan perubahan warna kulit. Namun kondisi ini bisa tumpang tindih dengan gangguan nutrisi juga. Kelebihan karbohidrat yang dicerna menjadi gula bukan hanya membuat kalori berlebih. Tapi juga muncul ketidaktahuan tubuh untuk mempertahankan yang seharusnya dipertahankan.
Percuma mengasup kalsium dan mineral berlebih, karena gula itu sendiri mengacaukan hubungan mineral termasuk chromium, tembaga, kalsium dan magnesium.

(Dikutip dari Konsultasi Nutrisi oleh Dr. Tan Shot Yen, tabloid Nyata edisi III April 2011)

Sabtu, 23 April 2011

Jika Tidak Ada ASI : Susu Tempe bukan Susu Kedelai! (By Dr. Tan Shot Yen)

Dalam keadaan terpaksa tanpa ASI seperti kasus adopsi, saya sangat menganjurkan susu tempe. Bukan susu kedelai. Tempe mempunyai bonus dan kelebihan jauh dari sekedar kedelai yang justru masih menyandang banyak kelemahan. Susu kedelai saat ini mendapat sorotan tajam dari banyak peneliti di luar negeri sehubungan dengan kandungan phystoestrogen (sejenis hormon perempuan yang terdapat dalam tumbuhan). Dengan demikian anak laki2 yg dibesarkan dengan susu kedelai dicurigai berkembang lebih feminin.

Tempe adalah kedelai yang sudah difermentasi (diragikan) oleh jamur tempe. Selain higienis (jamur tempe tak mungkin berkembang bila terinfeksi jamur lain atau bakteri!), tempe juga mengandung vitamin B12 dimana kedelenya sendiri tidak. Karena itu orang2 yg tidak mengkonsumsi daging biasanya bergantung pada tempe untuk kecukupan vitamin B12. Selain itu untuk mencegah kelainan morfologi sel darah merah akibat anemia yang berlangsung lama (anemia pernisiosa disebabkan karena defisiensi vitamin B12).

Salah seorang peneliti LIPI bernama Muhammad Angwar bahkan sudah berhasil menciptakan nutrisi cair berbahan dasar tempe untuk pasien yang tidak bisa makan atau bergantung pada 'makan lewat selang' selama perawatan di rumah sakit. Hasil temuannya pernah muncul disalah satu harian terkemuka ibukota pada akhir bulan Desember 2008. Kita perlu berbangga dengan ilmuwan seperti beliau, tapi namanya surut bahkan produk penelitiannya tidak pernah diorbitkan sebagai produk nasional yg mampu menggeser produk asing yang dipakai rumah sakit diseluruh negeri ini.

Barangkali kita bisa memulainya untuk para bayi dan balita kita! Prinsip dari semua pemberian makan bayi dan balita adalah terjaganya kebersihan. Dari pembuatan produk pangannya, hingga tata cara pemberiannya kepada bayi. Susu tempe adalah produk pangan yang derajat kebersihannya bisa kita kontrol sendiri. 

Buat atau belilah tempe yang berkualitas baik, potong2 kecil, rebus hingga empuk betul. blender dalam alat blender yang sungguh2 bersih. beri air matang tambahan bila terlalu kental. saringlah dengan kain bersih. Nampak hasil saringan berwarna putih agak krem, yang perlu direbus ulang hingga mendidih. Susu ini tahan untuk 24 jam bila didinginkan didalam kulkas setelah tidak panas lagi.

Bila menggunakan botol susu, pastikan tata cara sterilisasi botol dan dotnya. belilahbotol dan dot kualitas baik sehingga bebas dioksin (racun yang keluar dari plastik yang terkena panas), dengan logo BPA free. Susu tempe dari kulkas cukup dihangatkan dengan cara: Tuang susu dingin ke dalam botol susu, rakit dengan dot dan penutupnya sekalian supaya tetap steril. Lantas, goyangkan botol berisi susu tempe itu dalam baskom yang berisi air panas dengan gerakan memutar. Setelah susunya tidak dingin lagi dan agak hangat, berikan ke bayi anda.

(Dikutip dari Konsultasi Nutrisi oleh Dr. Tan Shot Yen, tabloid nyata edisi IV Februari 2011)

Makanan Pendamping ASI yang Ideal

"KESAN pertama tak terlupakan". Slogan iklan layar kaca itu tampaknya tepat ditujukan pada pengalaman awal bayi mengecap makanan selain air susu ibu (ASI).

Kampanye pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan sudah semakin sering terdengar. Namun, banyak kesalahan yang dilakukan para ibu saat memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI).

Tidak jarang bayi menjadi enggan menyusu pada ibunya beberapa saat setelah mendapatkan MP-ASI. Karena itu target untuk memberikan ASI hingga usia dua tahun atau lebih tidak tercapai.

Menurut Ahli Gizi dari Dr Tan Wellbeing Clinic, Dr Tan Shot Yen, kesalahan yang sering terjadi saat ibu memberi MP-ASI adalah makanan yang diberikan terlalu banyak mengandung produk susu.

"MP-ASI bukan produk susu. Bisa dilihat bubur susu atau biskuit yang ada di pasaran sudah mengandung susu. ASI dan kandungan susu di dalam makanan tersebut tidak sama," ujar Dr Tan dalam talkshow "Setelah ASI Eksklusif 6 Bulan, Apa Lagi?" yang diadakan di Kemang, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Dia menuturkan, susu selain ASI tidak cocok untuk bayi karena kandungan protein yang berbeda. Demikian juga dengan kadar lemak yang berbeda dengan kebutuhan manusia.

"Ibu-ibu selalu senang jika kandungan dalam susu formula lebih tinggi. Padahal, kandungan casein 300 kali lebih tinggi, bisa membuat buang air besar (BAB) jadi lebih keras," sebut Tan.

Hal itu yang melatari banyaknya keluhan ibu mengenai perubahan BAB anaknya. Sebelumnya, tekstur agak lembek kemudian berubah menjadi padat. "Casein tinggi bukan jaminan anak lebih pintar. Karena kandungan dalam susu tersebut bukan untuk manusia," lanjutnya.

Dia menambahkan, ibuibu seharusnya tidak lantas bangga jika anaknya terlihat gemuk setelah mengonsumsi MP-ASI yang memiliki kandungan susu. Sebab, yang bertambah adalah lemak bukan otot dalam tubuh.

Untuk MP-ASI ideal,menurut Tan, dimulai dengan sari buah dan sayur segar pada usia enam bulan. Alasannya, kandungan karbohidrat dalam kedua bahan makanan tersebut berupa gula sederhana yang cepat diserap dalam usus halus. Namun, lambat diubah menjadi glukosa dalam hati.

"Sementara beras,tepung atau pati memiliki karbohidrat kompleks yang cepat diubah jadi gula. Rantai beberapa glukosa direkat satu sama lain oleh ikatan kimiawi yang ringkih. Mudah dipecah pada waktu pencernaan berlangsung," katanya.

Syarat kualitas karbohidrat baik ada empat, yaitu nilai glikemik indeks rendah, memiliki kandungan serat, memiliki kapasitas antioksidan tinggi, dan bersifat alkalis. Kategori tersebut dimiliki oleh buah dan sayuran.

Kemudian, MP-ASI lanjutan pada usia 7-8 disesuaikan pertumbuhan gigi. Bisa dengan blender lumat beras merah tumbuk, sayur, daging ikan, ayam, jamur atau kacang- kacangan. "Aktifkan proses kunyah begitu gigi muncul," katanya.

Untuk mengaktifkan enzim air liur yang menunjang pencernaan baik dan sehat, maka pada usia 9-12 bulan mulai diberikan makanan yang diblenderkasar, bubur, dantim. "Pada ulang tahun pertama, kenalkan anak dengan acara makan bersama," ujar Tan.

Konsultan Gizi Anak dan Penulis buku How to get Your Kid to Eat...But Not Too Much dan Child of Mine: Feeding with Love and Good Sense, Ellyn Satter mengatakan hal senada. Untuk membantu anak mengembangkan kemampuan dalam hal makan, orangtua perlu mengikuti pembagian tanggung jawab pemberian makan.

Untuk anak-anak yang tergolong sulit makan, salah satu tindakan yang dapat dilakukan ialah mengajaknya makan bersama-sama. Kebiasaan makan di meja makan bersama-sama adalah tindakan disiplin menghargai makanan.

"Orang dewasa bertanggung jawab atas apa yang disajikan pada anak untuk dimakan, kapan dan di mana disajikannya. Anak-anak bertanggung jawab atas seberapa banyak dan apakah mereka mau makan atau tidak," papar Satter.

(dari okezone.com)

Hidup sehat ala Dr. Tan Shot Yen

Apa yang diminta oleh Dr. Tan sangatlah sederhana untuk dimengerti dan dilakukan, tapi bagi para so called ‘penikmat hidup’, pastilah sangat berat untuk dituruti. Saran beliau :

1. “tidak ada gula!”
Orang sering dengan bodohnya mengira bahwa penumpukan lemak itu lahir akibat konsumsi lemak yang berlebihan. Padahal Dr. Tan mengatakan, “Manusia itu punya threshold untuk lemak, yaitu rasa mual dan muak. Jarang ada manusia yang mengkonsumsi lemak lebih banyak dari kemampuan tubuhnya menerima”. Penumpukan lemak dalam tubuh kita, mayoritas lebih kepada konsumsi gula yang berlebihan dalam segala bentuk. Kandungan gula yang terlalu tinggi membuat tubuh mengeluarkan insulin berlebihan untuk menormalkan lonjakan gula darah dan mengakibatkan kelenjar pankreas lelah. Kerusakan pankreas membuat penyakit degeneratif yang sangat populer, Diabetes.

2. “buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat”
“Berhenti makan beras, tepung atau sumber karbohidrat umum lainnya! Kalau Tuhan mau kita makan beras, kita sudah dikasih tembolok dari lahir!” Masih terkait dengan apa yang diutarakan sebagai konsumsi gula berlebihan, Dr. Tan menekankan pada karbohidrat akan berubah menjadi gula, dimana cadangan gula yang berlebihan akan segera ditransformasikan oleh tubuh dalam bentuk glikogen (disimpan dalam hati - otot) serta trigliserida (lemak). Angka trigliserida tinggi adalah sumber obesitas yang sekarang semakin marak menyerang kehidupan manusia.
“Jangan panik, dengan bilang, kalau gak makan nasi badan saya lemas” Tukasnya sebelum ada pasien yang protes. “Tubuh Anda membangun kebiasaan, bukan memenuhi kebutuhan. Pernah liat orang yang habis makan, makanan Padang? Setelah dua jam, bukannya semakin kuat, mereka malah menjadi mengantuk! So, Anda bilang Anda lemas, kalau tidak makan nasi?”
Hihi!
Dr. Tan memberikan daftar penggantinya segera. Buah dan sayur sebagai sumber karbohidrat. Ia menyajikan urutan buah-buah yang memiliki kandungan fructose -gula alami buah- aman. Ia juga menekankan cara menyajikan sayuran yang baik.
Jangan bilang Anda sudah makan sayur kalau yang dimakan sayur bening atau sayur cap cay, itu bukan sayur, itu sampah dalam bentuk sayur!” Ucapnya dalam nada tinggi. “Sayur dimasak sudah pasti enzyme-nya mati, gak ada gunanya buat tubuh, paling cuma serat-seratnya aja. Makan sayuran mentah yang dicuci bersih, kalau takut sama petsisida, ya beli yang organic atau tanam sendiri di depan rumah!”

3. tidak ada susu binatang
Sapi itu begitu anaknya sudah bisa berjalan, ia akan segera berenti menyusui dan membiarkan anaknya mencari makan sendiri, manusia itu satu-satunya species yang cukup gob*** untuk mati-matian mencari susu spesies lain dan merasa membutuhkannya”.
Ia kemudian menyambung lagi, “Anak kecil di atas usia 2 tahun dipaksa minum susu, orang tuanya tidak sadar bahwa anak itu akan mengalami kesulitan pencernaan, karena cadangan enzyme-nya akan terkuras untuk mencerna bahan makanan yang semestinya tidak ia konsumsi lagi”. Pendapat yang sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Hiromi Shinya tentang Enzyme pangkal atau miskonsepsi dimana intoleransi laktosa kadang dianggap tidak ada saat sang anak tidak mencret waktu minum susu. Padahal sang anak menunjukan gejala alergi lain, infeksi kulit, eksim, gatal-gatal, sembelit, obesitas, mudah terserang penyakit hingga asma.
Saya sih sudah tahu persis fakta bahaya susu sapi. Dari sisi lactose intolerant, casein, non absorb calcium juga gak ada guna-gunanya sedikitpun bagi tubuh. Tapi orang lain? Fakta satu ini membuat mereka terkaget-kaget. Maklum jor-joran uang yang digelontorkan pabrikan susu memang membuat kampanye kebutuhan manusia terhadap cairan produksi binatang ini terasa begitu membahana dan menguasai kehidupan kita.
“Kurang apa kalau kita gak minum susu? Kalsium? Bohong pabrikan itu, kalau gak minum susu kita kekurangan kalsium. Kalsium di susu sapi gak bisa diserap tubuh manusia, titik!” Ia kemudian menunjukan fakta kelicikan produsen susu untuk berkelit dari upaya penipuan saat orang yang minum susu tetap terserang osteoporosis. “Pasti ada tulisan kecil, sangat kecil, di salah satu sudut kotak atau kaleng susu, yang menuliskan kalimat semacam ‘Harus disertai dengan aktivitas fisik yang rutin’, jadi mereka bisa mengelak dari pasal penipuan ke masyarakat”. Ia juga menertawakan satu produsen susu sapi yang begitu gencar memasarkan produk susu kalsium tapi diembel-embeli dengan kalimat ‘berjalan 10.000 langkah perhari’. “Anda mau nyuruh kakek-nenek yang renta berjalan 10 kilometer sehari? Gak keropos bener, tapi yang ada mereka matek, kecape’an” ujarnya dengan logat Jawa sangat kental.

4. banyak bergerak
“Sistem limfatik tubuh cuma bisa berfungsi kalau kita bergerak dengan baik, terimakasih kepada Iyengar dan juga pada Erik yang telah menyampaikan pemikiran beliau kepada kita lewat tulisan-tulisannya”
Menurut Dr. Tan, usaha mati-matian di satu sisi tapi melewatkan sisi yang lain, adalah upaya yang kadang tidak membuahkan hasil maksimal. Menjaga makanan tanpa pernah aktif menggerakan tubuh secara benar akan membuat fitalitas kita terganggu. Demikian pula hal sebaliknya.

Dr. Tan Shot Yen: OBAT BUKAN JAWABAN

Ia mendidik pasiennya agar mengubah gaya hidup, tak tergantung pada obat dan tidak dibohongin dokter. Prinsipnya, pasien harus punya otonomi terhadap tubuh sendiri. Cobalah berkunjung ke klinik dr. Tan Shot Yen pada pukul 11 dihari kerja. Anda akan melihat dr. Tan menghadapi beberapa pasien. Sekilas, Anda mungkin berpikir dokter sedang marah-marah. Padahal ia sedang menjelaskan tentang gaya hidup sehat pada pasien barunya. Pasalnya, memang begitu gaya dr. Tan, menjelaskan dengan suara keras. Bila kita simak ucapannya, semua yang dijelaskannya sangat penting dan membukakan mata.

"Kesalahan pasien dalam berobat hanyalah mencari tahu "bagaimana". Bagaimana caranya menurunkan tensi, menurunkan kadar gula, menguruskan badan, menghilangkan senewen atau sakit di jemari. Jika Anda Cuma tanya "bagaimana", Anda akan jatuh menjadi sekadar konsumen. Pertanyaan terpenting adalah mengapa Anda sampai sakit?" urainya.

Wanita 45 tahun ini memang tak mau punya pasien yang yang mengharapkan pil atau tongkat ajaib untuk membereskan tubuhnya. "Saya mau pasien yang taking ownership of their own body. Itu badan anda. Buat apa dokter yang sok tahu menyuruh ini-itu? Yang benar buat dokter belum tentu benar buat Anda." Wah, dokter yang satu ini tampaknya memang lain dari yang lain.

Mendorong Gaya Hidup Sehat

Perbedaan mencolok dr. Tan dibanding dokter lain pada umumnya adalah ia tidak mudah memberi obat. Rata-rata pasien yang keluar dari ruang prakteknya tidak menggenggam resep. Kalaupun ada resep, biasanya hanya vaitamin dan omega-3, tergantung kondisi pasien.

"Sampai kapan seseorang mau tergantung pada obat-obatan? Apakah setelah mengonsumsi obat dia benar-benar sembuh? Jawabannya tidak. Karena begitu obat berhenti, dia sakit lagi. Berapa banyak dokter hanya bertanya "Sakit apa" lalu berkata "ini obatnya?" Dia tidak memberikan pendidikan atau menjelaskan asal usul penyakit. Pasien juga bego, padahal dia harusnya memahami perannya dalam menciptakan penyakitnya," jelas dr. Tan.

Sebagai ganti resep, dr. Tan memberikan pencerahan tentang gaya hidup sehat yang harus dijalani setiap orang. "Saya yakin semua dokter tahu bahwa diabetes, stroke, dan kanker adalah penyakit gaya hidup. Tapi pertanyaannya, seberapa jauh seorang dokter mau fight untuk memperbaiki gaya hidup pasiennya? Karena, penanganan pertama pasien seharusnya perubahan gaya hidup. Bila gagal, baru obat-obatan boleh dicoba."

Dr. Tan mencontohkan, pasien yang sakit lutut akan disuruh minum obat, dioperasi, atau diganti tempurung lututnya. Padahal, titik beratnya adalah bobot tubuhnya. Jika si Pasien mengubah pola makan dan gaya hidup, berat badannya susut dan keluhan lututnya akan hilang. "Ibaratnya, mobil Mercedes pasti turun mesin kalau diisi bensin bajaj. Coba ganti dengan bensin super, pasti larinya kencang."

Perubahan pola makan yang dianjurkan dr. Tan mungkin terdengar ekstrem. Ia mengimbau pasiennya untuk berhenti mengonsumsi gula, terigu, nasi, dan pati (singkong, kentang, ubi, jagung, taloas). Pasalnya, di dalam tubuh, jenis makanan ini akan diproses 100% menjadi gula dalam waktu dua jam. Benar, manusia butuh gula untuk energi. Tapi kenaikan kadar gula darah akibat empat jenis makanan ini sangat cepat, mengakibatkan insulin melonjak untuk menekan kenaikannya. Bersama insulin, keluar pula hormon eicosanoid buruk. Akibatnya, pembuluh darah menyempit, darah kental, daya tahan buruk, tubuh "memelihara" bakteri, jamur, kista, tumor, dan kanker, serta timbul nyeri.

Sebagai ganti nasi, ia meresepkan: satu ikat selada mentah atau dua cangkir brokoli setengah matang, 2 putih telur rebus, 2 tomat, 2 mentimun, setengah avokad, apel, atau pear. Dengan makanan ini, tak ada sisa gula yang tersimpan menjadi lemak. Kadar gula darah sebelum dan sesudah makan pun rata-rata sama. Dan, hormon eicosanoid buruk takkan keluar sehingga tak mengundang penyakit. "Menu" ini perlu dilengkapi lauk-pauk yang diolah dengan berbagai cara, asal tidak ditumis atau digoreng.

"Kita makan sayur bukan hanya demi seratnya. Sayur mentah mengandung enzim dengan life force energy yang penting buat tubuh. Inilah pola makan asal yang sesuai fitrah manusia. Siapa bilang tidak makan nasi jadi lemas " Nenek moyang kita makan sayur dan buah tapi mereka kuat mendaki gunung dan berburu."

Sakit adalah Introspeksi

Hal lain yang menarik dari dr. Tan adalah gelar M. Hum. Gelar itu didapat setelah ia mengambil pascasarjana filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, tahun lalu. Menurutnya, kuliah S2 filsafat membuatnya memahami manusia secara mendalam dan holistic. Ia juga jadi mengerti "dosa ilmu kedokteran" tentang mekanisasi tubuh manusia.

"Akibat perkembangan ilmu kedokteran" terutama setelah ditemukannya alat pacu dan cangkok jantung, tubuh manusia yang tadinya holistic lalu dipecah-pecah. Kalau kepala sakit yang diobati, ya kepala saja. Kita terlepas dari tubuh, emosi dan kecerdasan spiritual. Tubuh manusia hanya jadi seperangkat mesin. Kalau ada yang salah, kita pergi kebengkel. Dan, rumah sakitlah bengkel terbesarnya. Betul, badan manusia terlalu kompleks untuk dipegang satu ahli saja. Manusia boleh dipegang beberapa ahli, asal mereka sama-sama sadar bahwa manusia diciptakan Tuhan. Masalahnya, dokter punya arogansi profesi. Seorang dokter biasanya susah dibilangin dan selalu merasa benar," tuturnya lugas.

Dr. Tan juga menyayangkan bila manusia zaman sekarang mati-matian melawan dan menolak sakit. Padahal, sakit adalah jalan untuk lebih memahami bahwa manusia tak selamanya diposisi atas.

"Sakit adalah introspeksi. Ketika sakit, saya berhenti dan menoleh kebelakang. Apa yang "jalan" dan "nggak jalan" selama ini? Nah, menjadi sembuh adalah keberhasilan introspeksi dan menemukan cara untuk lebih maju lagi. Tapi bagaimana pasien bisa introspeksi bila tak dibimbing menemukan kesembuhannya dan hanya dininabobokan oleh obat? Dunia yang mati rasa dan tak mau mengalami sakit adalah dunia yang melarikan diri, mengingkari diri sendiri," lanjutnya.

Menurut dr. Tan, kita memasuki era kebablasan mengonsumsi obat. Akhirnya, obat dijadikan demand. Setelah demand melambung tinggi, masyarakat digenjot untuk mendapatkan penghasilan lebih yang tak perlu demi obat. Lihatlah berapa banyak orang yang harus berusaha mati-matian demi keperluan berobat salah satu anggota keluarga.

Selalu Ingin Jadi Dokter

Dr. Tan Shot Yen lahir di Beijing, 17 September 1964 dan dibesarkan di Jakarta. Ia kuliah di Fakultas Kedokteran Universistas Tarumanegara dan lulus Profesi Kedokteran Negara FKUI pada tahun 1991. Sebagai siswi yang selalu mendapat nilai cemerlang dalam ilmu eksakta, menjadi dokter merupakan impiannya sejak dulu. Baginya, dibidang kedokteran, cara pikirnya yang eksakta bisa menemukan "kemanusiaannya". Dalam diri pasien, ia menemukan benang merah antara fisik, emosi dan spiritual.

"Ketika baru menjadi dokter, saya juga ngaco. Sekadar memberi obat pada pasien. Lama-lama saya pikir saya cuma perpanjangan pabrik obat," kenangnya. Lalu ia pelan-pelan lebih menggunakan gaya hidup sehat. Perubahan ini dipicu oleh ayahnya, dr. Tan Tjiauw Liat, tokoh inspiratif yang membuatnya maju untuk melihat apa sebenarnya kebutuhan manusia.

Melihat begitu berapi-apinya dr. Tan saat memberikan pencerahan gaya hidup pada pasien, siapapun mungkin akan bertanya "apa tidak capek?". "Lebih capek mana dibandingkan dokter yang ditunggangi perusahaan obat dan makanan? Saya mendapat energi bila melihat pasien sembuh. Mereka memegang kendali atas hidup mereka, tidak dibohongin dokter, dan tidak tergantung obat," jawabnya.

Dr. Tan mengakui, sepak terjangnya kerap dipandang sebelah mata oleh koleganya. "Ada yang bilang saya idealis, bahkan mission impossible. Tapi saya yakin, dalam hati kecil mereka mengatakan bahwa perubahan gaya hiduplah jawabannya. Masalahnya, mereka sendiri tidak menjalani gaya hidup itu. Ini membuat saya sebal. Kalau mereka merasa tidak bisa menjalani gaya hidup sehat, jangan mengecilkan pasien dengan menganggap pasien juga takkan bisa. Pasien yang sudah parah dikasih obat apapun pasti mau. Apalagi cuma disuruh ganti nasi dengan sayur."

Keluarga terpengaruh

Pola makan asal yang meniadakan gula, trigu, nasi, pati dan susu yang dijalani dr. Tan juga dilakukan oleh suami " Henry Remanleh" dan anak tunggalnya, Cilla. Menurut dr. Tan, mereka tidak menjalaninya karena terpaksa, tapi karena merasakan manfaatnya. "Putri saya 17 tahun, kadang terpengaruh pola makan temannya. Dia lalu mengeluh susah konsentrasi atau pencernaannya terganggu. Setelah itu dia back on track. Dia sudah meengonsumsi raw food sejak SMP atas pilihan sendiri. Anak itu mencontoh orang tuanya. Jangan harap anak makan dengan baik kalau Anda sendiri amburadul."

Suaminya, Henry, adalah kinesiologis yang berkutat dengan masalah gerak dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan manusia. Henry juga instruktur brain gym. Ia berpraktek didtempat yang sama. Dr. Tan sangat menghargai pekerjaan suaminya karena memberdayakan masyarakat. "Brain gym terbukti bisa meningkatkan konsentrasi. Dengan pola makan sehat sejak kecil dan gerakan olahraga terstruktur, Anda tak perlu lagi minum obat," katanya tegas.

Selain sibuk berpraktik dan menjadi pembicara talkshow, dr. Tan menjadi contributor untuk taboid dan majalah kesehatan. Selain itu, ia mengisi waktunya dengan membaca dan membuka jalur continuing medical education melalui internet. Karena itu, info dan data jurnal ilmiahnya selalu up to date ? disamping buku-buku terbaru pemberian ayahnya.

Ia menjalani pilates, terkadang berenang, dan sesekali bermain piano. Kini ia sedang mengumpulkan kisah-kisah kamar paraktek untuk dijadikan tulisan imnspiratif agar para dokter memandang pasien lebih dari sekumpulan diagnosis.

Wah, sepertinya semangat dalam tubuh mungil ini seolah melonjak-lonjak dan tak pernah padam. Maju terus dr. Tan!

(Dari Majalah "PESONA" Maret 2010, Halaman 80 -- 82) taken from milis sehat

Jumat, 22 April 2011

Siapa Bilang Pake ASI Ribet?!

   Masih ada aja ibu yang berpikir klo pake asi itu ribet... ngga bgt!!! ni berarti ibu yg ga gaul ya temen2, setuju ga??? ^_^  Pake asi itu gampang bgt, ga bikin ribet, contoh nih, klo malem bayi kita suka bangun minta nyusu, kan tinggal disusuin aj, bisa sambil tidur lagi! Coba klo pake sufor, kebayang ga si malesnya harus bgn mulu untuk nyeduh susu dibotol, belum klo botolnya belum disteril...Dah gitu kan bayi bayi sampe setaun aj masih sering bgt bangun malem minta susu. Contoh kedua, klo mo jalan2 bawa bayi kita, klo pake asi tinggal bawa nursing cover, praktis bgt n bisa nyusuin kapan aj dan dimana aj. Apalagi sekarang dah banyak fasilitas umum yg nyediain ruangan buat ibu menyusui. Nah klo pake sufor, bawaannya banyak bgt y...mulai dari botol susu, susu, termos, persediaan air... trus klo mo nyusu, ribet bgt harus bikin dulu susunya... kelamaan dan ga praktis bgt!!!
   Terus klo kita mo pergi tanpa bayi kan kasian bayinya klo ga ada susu... wah, ini lebih ketinggalan zaman lagi, asi kan bisa disimpen dikulkas. Tata cara penyimpanan n daya tahan penyimpanannya liat aja ya di situs AIMI, aku takut salah ah... Klo mo pergi kasih stok asi aj yg ada di kulkas, sebelum dikasiin ke bayi rendem dulu pake aer panas. Kasi tau pengasuh tata cara pemberian asi, gampang kok!
   Jadi ibu2, masih ragu untuk ngasih asi buat anak tercinta?

Buat para bidan dan dokter tolong dong,,,

     Sebelum lahiran aku dah banyak denger dari temen2 aku klo ngelahirin ada proses imd-nya. Tapi anehnya imd iya, tapi dikasih susu formula (sufor) juga iya. Padahal imd itu kan buat proses kelancaran asi. Kok gitu sih??? Mungkin karena Karawang cuma kota kecil ya, jadi bidan n dokternya belum paham, ato maaf2 banget ya, karna lagi kejar target keuntungan dari jualan sufor. Makanya pas kemaren abis lahiran aku tuh parno banget klo misalnya klo aku tidur bayiku dikasih sufor. Aku dah wanti2 bgt ma suami n mamaku, anakku jangan dikasi sufor, aku mau asi ekslusif. Walhasil hari pertama abis lahiran aku ga bisa tidur, padahal dah cape n lemes bgt badan, Mamaku aj heran, ko dah lahiran bukannya istirahat, tidur... soalnya dulu mamaku tiap abis lahiran nyenyak bgt katanya. Mungkin karena tekadku dah kuat bgt y, jadinya aku ga tidur, aku berjaga bgt takut klo tidur nanti, bayiku nangis trus dikasih sufor! Banyak kasus yg kaya gitu, ini bikin bayi jadi bingung puting!!!
    Bener aj kan, bidanku nawarin gini, "ini minum susu dulu...", sambil ngasih dus sufor, dia taro dimeja sebelahku. Langsung aj aku bilang, ga pake sufor bu bidan, aku mo asi ekslusif. Baru deh dia ngomong, "oh...bagus...emang asi-nya udah keluar?" terus aku bilang, "banyak...!"(hehe...padahal asli loh, pas hari pertama asiku ga keluar, netes aj ngga!) Tapi menurut ap yg udah aku baca, kat para ahli, bayi tuh punya lemak coklat ditubuhnya, dia bisa bertahan sampe 2/3 hari ya (?) tanpa asupan apapun. Jadi aku praktekin aj, Pokoknya aku pd aj, soalnya liat bayiku berhasil imd, dia berjuang sampe setengah jam buat bisa ngisep susu. Aku terharu bgt, apalagi dia kuat bgt isepannya. Biarpun asi-ku ga keliatan netes, aku tetep pd dan yakin, soalnya kan isepan bayi itu ngerangsang produksi asi. Minggu pertama payudaraku ga gede kaya ibu2 yg lagi nyusuin, aku sempet khawatir. Makanya aku minta suami untuk beli obat pelancar asi (kaya asifit ato lancar asi ato minta aj resep dokter), dan juga banyak makan sayur katuk. Dan berhasil deh...asi-ku jadi banyak, bengkak, sampe netes2... senengnya.... awalnya karna PD!!!!
    Oia balik lagi soal bidan dan dokter....tolong dong kasih edukasi buat ibu2 dan suaminya juga klo asi itu penting, ga ada yg sebagus asi, sufor termahal sekalipun ga bisa ngalahin hebatnya asi. Terutama buat bidan2 yg kebanyakan pelanggannya menengah ke bawah. Soalnya 2 pembantuku (bukan punya banyak pembantu, tapi dah ganti sampe 3x) pakenya sufor bukan asi. Aku kaget bgt pas pembantuku mo pinjem duit, aku tanya buat apa, dia bilang buat beli sufor (anaknya waktu itu baru setengah taun). Masya Alloh... (gaya bgt, aku yg majikan aj pake asi!). Kasian kan mereka.... dah buat makan aj susah, eh ditambah harus beli sufor, padahalkan klo pake asi itu bisa ngirit, tanpa biaya, apalagi kandungan gizinya jauh melebihi sufor.Belum lagi klo pakenya ga sesuai takaran, ngirit biar awet. kasian bgt bayinya, bisa kurang gizi!!! Gimana Indonesia mo maju klo bayi2nya aj dah kurang gizi, iya ga sih?
    Ada lagi cerita temenku, kebeneran ditempat kerjaku banyak bgt yg lagi hamil n ngelahirin. Pas kita cerita2 soal biaya persalinan, eh, banyak yg ngomong murah bgt loh ngelahirin di bidan "X", dan bidan "Y" masa cuma kurang dari sejuta, dah gitu dapet sufor gratis lagi...(???) Wow...baik banget ya bidan2nya...!!! Ironis bgt ya, mereka yang sebagai tenaga ahli ternyata ga begitu paham arti dan kegunaan IMD. Ini yg salah apa dan siapa ya??? Sekedar info aj, gaji kita2 tuh kurang dari 2juta sebulan, jadi bisa dibayangkan kan gimana keteterannya temen2ku ngurus keuangan dengan bayi yg minum sufor!!!
Aku yakin itu karena kurangnya edukasi soal asi ke mereka. Tau sendiri kan klo golongan menengah kebawah itu ibu2nya suka pada gaptek n males baca. Jadi tugas para bidan dan dokter untuk ngasih tau ke mereka, soal pentingnya asi. kasi tips biar bisa ngasih asi, ato klo kerja caranya gimana, klo asi belum keluar harus gimana. Pokoknya dari a-z soal asi....hidup asi!!!

Tips Memberi ASI Ekslusif

Dari sejak hamil aku dah baca2 soal pentingnya asi buat bayi. Makanya aku bertekad banget untuk bisa kasih asi ekslusif buat bayiku. Dari pengalamanku untuk bisa kasi bayi kita asi ekslusif itu yaitu kita harus...
1. Niat dan tekad yang kuat untuk kasih asi ekslusif
    Kenapa harus niat dulu? Soalnya yang paling penting untuk kelancaran ASI itu menurut buku yang aku baca si karena PD. klo kitanya udah pesimis duluan, bisa ngaruhin otak n asi ga keluar deh...
2. Beritahu orang terdekat untuk mendukung program asi ekslusif kita
    Ajak suami, ibu, dan mertua untuk tahu arti pentingnya asi, dan bilang ke mereka klo kita ingin kasih asi ekslusif ke bayi kita. liatin bacaan2 kita soal pentingnya asi. Mereka harus ikut mendukung kita, jangan sampe ngga. Soalnya klo keluar aj kata2 mereka yg notabene adalah suami, ibu ato mertua kita, yg ga percaya klo bayi kita hanya cukup dikasih asi, (klo buat aku sih ngaruh bgt), karena bikin kita down, kepikiran ma kata2nya, pengaruhin bgt ma produksi asi-nya. Apalagi aku juga bekerja, kadang mereka ga percaya, mungkin emang masih aneh dengan asi peres yang bisa disimpen kulkas. Padahal aku dah sering banget ngeyakinin mereka klo bayiku ga bakal kurang gizi hanya dengan dikasih asi tanpa tambahan susu formula. Omongan2 mereka yg kadang nyuruh aku buat kasi sufor sempet bikin aku down. Apalagi sempet beberapa kali bayiku nangis karena stok asi-nya dah abis n aku belum pulang. Tapi itu juga karena aku-nya yg lalai, Ternyata bener klo ibu menyusui itu super sensitif, diomongin dikit, langsung ngaruh bgt. Pas lagi pengen bgt meres asi yg banyak yg keluar malah sedikit!
3. Nyetok ASI sebanyaknya sebelum anda masuk kerja dari cuti melahirkan
    Bulan pertama kelahirannya bayi banyakan tidur siangnya...jadi manfaatkan masa ini sebaik2nya, sebanyak2nya untuk meres asi. kan sayang tuh lagi banyak2nya asi yg keluar, tapi dede bayi bobo mulu. mending diperes deh. oia buat nyetok asi, pake botol biasa aj, paling bagus botol kaca, beli online juga banyak, murah kok cuma 2-3ribuan. ato klo aku sih pake botol2 bekas minuman ky you-c-1000mg (irit). Ga usah beli botol dot banyak2! Kemaren si aku pake sekitar 20 botol stok, n botol dotnya cuma ada 5, tapi cukup kok. Jangan lalai ya bu, mentang2 stok asi kita banyak. kadang kita suka keenakan, dari yg meres 5x sehari jadi cuma 3X sehari. Ini berlaku buat 6 bulan pertama aj kok. Soalnya ada kalanya emang bayi keliatan males nyusu, jadi bikin stok asi kita numpuk. Tapi jangan terkecoh, soalnya bisa tiba2 bayi lagi rakus bgt ma asi. Tau2 stok asi kita abis aj...jadi keteran d... (itu yg bikin suami n mertuaku nyuruh aku buat kasi sufor aj). Jangan lupa ditanggalin ya.sistemnya first in, first out.
4. Sedia nursing cover
    Ini tuh ga boleh absen dibawa klo kita pergi kemana2 bawa bayi. Buat nutupin klo kita lagi nyusuin ditempat umum. Enak deh, ga ribet n ga malu, bisa nyusuin dimana aj dan kapan aj tanpa harus obral payudara. hehe...
Kayaknya yang paling penting itu aj deh, klo ada tambahan, bagi2 ya... Enak n canggih yah zaman sekarang mah. Tapi kenapa ya ada aj ibu yg ngira klo ini tuh ngerepotin bgt, padahal klo buat aku sih amat sangat menyenangkan, memberi yg terbaik buat anak kita itu menyenangkan ga sih???