Jumat, 27 Mei 2011

Kalsium Sesungguhnya ( By Dr. Tan Shot Yen)

Cara kalsium diserap, didistribusikan dan diserap tubuh sangat unik. Kita mengenal 'Calcium Homeostasis' ( kesetimbangan kalsium) dan extra-cellular pool of calcium (kadar tetap kalsium yang berada di luar sel, yang bersilkulasi 20-30 kali perhari). Sedangkan perputaran/turn over kalsium intraseluler/ kadar tetap kalsium yang ada di dalam sel-seperti pada tulang misalnya-hanya setiap 5-6 tahun.

Agar kalsium berfungsi sebagai mineral sangat bergantung keberadaan unsur-unsur lain didalam tubuh. Salah satunya vitamin D, yang saat ini fungsinya dikenal sebagai hormon. Menjejali kalsium tanpa memberi nasehat pasien untuk cukup mendapat matahari pagi (30-60 menit) rutin setiap pagi tentunya omong kosong. Vitamin D meningkatkan kemampuan usus untuk memperbanyak penyerapan kalsium ketika tubuh mendeteksi adanya penurunan kadar kalsium dalam darah. Vitamin D juga mengontrol deposit kalsium dan fosfor dalam tulang.

Hormoin paratiroid yang dikeluarkan kelenjar paratiroid juga menstimulasi vitamin D dalam bentuk aktif, yang bila mana perlu jika kalsium dalam darah drop. Menurunnya kadar kalsium dalam darah membuat hormon paratiroid memberi perintah: lepaskan kalsium dan fosfor dari tulang! Hormon ini juga mencegah keluarnya kalsium melalui air seni. Pada prinsipnya level kadar kalsium dalam darah itulah yang perlu dijaga kesetimbangannya.

Dengan kata lain, keropos tulang dan berkurangnya kalsium dalam tubuh disebabkan kadar kalsium dalam darah tidak mencukupi. Kebalikan dari hormon paratiroid, tubuh memproduksi hormon calcitonin yang dikeluarkan kelenjar gondok/tiroid. Calcitonin bekerja bila kadar kalsium dalam darah meningkat, dan memberi perintah: Depositkan kalsium dalam tulang!

Selain ketiga faktor diatas, faktor lain yang menyebabkan turunnya penyerapan kalsium adalah diare, stres, hidup tanpa gerak, asam lambung menurun, dan pemakaian obat-obatan tertentu seperti anti kejang, beberapa jenis hormon dan steroid. Kalsium juga tidak diserap baik bila dimakan bersamaan dengan makanan kaya fitat (sejenis serat yang terdapat pada beras merah, sereal dan wheat bran). Jadi sungguh aneh bukan jika orang disuruh minum susu kaya kalsium bersamaan dengan sereal 'kaya serat'?

Kalsium juga tidak diserap baik jika dimakan bersamaan dengan makanan mengandung oksalat yang terdapat dalam cokelat, kedele, bayam. Hipotesa terbaru menjelaskan bukan karena oksalat dan fitat mengikat kalsium sehingga tidak dapat diserap, tetapi juga serat oksalat dan fitat mempercepat 'waktu transit' makanan di saluran cerna, sehingga kalsium belum sempat diserap (American Journal for Clinical Nutrition August 2000; 72, 466-471).

Sebaliknya, selain tercukupi vitamin D, penyerapan kalsium justru jadi lebih banyak karena meningkatnya kebutuhan tubuh terhadap kalsium (artinya, tubuh mendeteksi kekurangan kalsium, sehingga memerintahkan usus: "Hey, serap kalsium lebih banyak!") A higher percentage is absorbed, if intakes are low (bisa dipelajari di buku wajib nutrisi yang tebalnya melebihi bantal tidur: Insel, P.,D.,MC Mahon, K.et al. 2010. Nutrition. Fourth edition. USA: Jones and Bartlett Publishers).

Jadi, bukan merupakan kontroversi melainkan suatu logika bahwa asupan suplemen kalsium berlebih yang tidak bertanggung jawab justru semakin memperkecil penyerapan kalsium! Itulah sebabnya belakangan ini ramai diberitakan, para lansia yang diberi obat anti keropos tulang dan suplemen kalsium justru memperparah keroposnya dan resiko patah tulang semakin tinggi.  Tubuh kita bukan benda mati, yang bisa diutak-atik sesuai rumus matematika. ubuh kita adalah kehidupan yang mempunyai daya kecerdasan seluler tinggi, dengan 'sensor biologis' yang melebihi akal manusia

Dari penelitian terakhir, kalsium yang berasal dari makanan alami terbukti lebih efektif meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan tulang ketimbang dari suplemen atau makanan buatan. 183 perempuan pasca menopause yang mencatat asupan pangannya selama seminggu memberi hasil yang sangat signifikan: mereka yang 70% kalsiumnya berasal dari makanan(830 mg kalsium/hari) mempunyai kepadatan tulang panggul dan tulang belakang yang lebih tinggi daripada mereka yang mengkonsumsi 1,030 mg suplemen kalsium perhari. Mengapa? Kalsium dalam makanan alamiah mempunyai bentuk susunan kimia yang lebih komplet dari tablet.

Dengan demikian, bonusnya bukan hanya kepadatan tulang yang lebih baik, perempuan juga lebih tinggi hormon estrogen-nya, hormon wanita yang menjaga kepadatan mineral tulang (American Journal for Clinical Nutrition May 2007, Vol. 85, No. 5, 1428-1433) Indah bukan?

Sumber Kalsium Alami

Makanan alami yang memberi kecukupan kalsium setara dengan 1 gelas susu: brokoli (2,5 gelas), sawi putih (1 gelas), sawi hijau (3 gelas), bayam (7,75 gelas), cabai hijau (1,3 gelas), kacang merah (7 gelas), kembang kol (4 gelas).

Catatan: Bukan berarti sayur lain tidak mengandung cukup kalsium, tapi karena tidak diikutsertakan dalam penelitian oleh pakarnya. Sebagai prinsip dasar, kalsium terdapat dalam jumlah banyak pada sayuran hijau (khususnya yang berwarna gelap, seperti juga pada berbagai jenis selada bokor, daun singkong, daun pepaya, pohpohan, dll).

Sebagai tips: Upayakan jangan makan sumber kalsium sekaligus dalam waktu bersamaan. Biarkan tubuh mendeteksi seakan jumlah kalsium cukup minimal, agar penyerapan maksimal. Beri jarak sekitar 4-6 jam jika ingin makan makanan kaya kalsium. Selamat merayakan alam. Let's celebrate nature, as part of us.

(Dikutip dari Konsultasi Nutrisi Oleh Dr. Tan Shot Yen, tabloid Nyata edisi IV Oktober 2010)

Senin, 23 Mei 2011

Ayo kita sadar gizi

Kemaren jualan di Galuh, seruuuu.......... dan sedih juga, miris bgt deh dari sekian banyak orang yang beli bubur selama 2 minggu ini, cuma 1 orang yang nanya buburnya pake garem ga... Berarti klo misalnya selama 2 minggu itu ada 100 orang yang beli berarti. Perbandingan ibu yang ngerti and sadar pentingnya gizi anak itu cuma 1:99!!! Wow... menyedihkan banget yah Indonesiaku...

Boro-boro orang biasa, bidan aja yg terdidik ga tau klo pemakaian garem buat bayi tuh bahaya. Kemaren aku sosialisasi ke bidan-bidan begitu tanggepannya. Sementara jadinya aku ngikutin kemauan pasar deh, bubur bayinya aku kasih garem dikiiiit bgt. Setidaknya biar mereka lebih milih bubur bayi yang lebih sehat daripada bubur instan ato bubur gerobakan. 

Kok jadi aku yang sibuk ya mikirin ibu-ibu yang ga sadar gizi. Inikan harusnya tugas pemerintah. Bukannya aku pengen jualan buburnya laku, justru aku jualan bubur bayi tuh biar ibu-ibu punya alternatif makanan sehat untuk bayi. Tapi sayang banget sekarang masih rendah banget banget banget kesadaran mereka soal pentingnya kasih gizi yg baik buat anaknya. Padahalkan buat anak ya... kenapa sih pada ga kasian??? Jadi geregetan, iiihhh.... Ada yang cerita anaknya yg baru berumur 10 bulan ga suka makanan bener kaya bubur ato tim buatan sendiri. Malah anaknya doyan bala-bala! 

Bala-bala? Ada gizi apa didalem bala-bala? oh, bergizi sih ada tepung terigu dicampur wortel, toge, kol... tapi klo bikin sendiri. Klo dapet beli pinggir jalan? Kebayang ga dari minyak buat ngegorengnya, debunya, kebersihannya? Ihh... Banyak yang ngeluh anaknya susah makan. Aku bilang aja, pasti awalnya dikasi makan biskuit bayi yang manis tanpa mengenalkan makanan manusia yg asli dan alami kaya sayur n buah. Jadinya ya gitu deh, jangan salahin anak klo dah gede ga suka makan sayur, tapi renungkan aj gimana orangtuanya pertama kali ngasi makan anaknya pake apa. 

Kenapa ya, dah jadi orang tua pada males belajar. Belajar cara menyusui, kasih makan, ngedidik... itu kan harus belajar n banyak nanya. Bukan cuma kata orang tua dulu, yang mungkin dah ga zaman lagi sekarang mah. Bener kata dokter Tan, itulah gunanya pembaruan ilmu!!! Ilmu itu terus berkembang, ga stuck disitu aj. Aku dah niat banget pengen kasih yang terbaik untuk anakku.Dari mulai makanan, pendidikan, kesehatan, kasih sayang juga....Makanan sehat itu bukan makanan yang mahal, justru murah meriah karena kita sendiri yang bikin dari bahan2 alami dan seger.  Semoga lebih banyak ibu yang sadar gizi... biar Indonesia maju ga ketinggalan ma bangsa lain. Amin...


Jumat, 06 Mei 2011

Keberhasilan Menyusui dan IMD (By Dr. Tan Shot yen)

Memberi susu formula pada bayi yang baru lahir sama halnya memasok mobil mewah 'gres' baru keluar dari show room yang harusnya menggunakan (minimal) Pertamax Plus tapi tangki bahan bakar diisi bensin campur mesin bajaj 2 tak. Anda paham maksudnya?
Sudah saatnya semua penolong persalinan (bidan, perawat), ahli gizi, rumah bersalin mengikuti pelatihan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) untuk tidak menjadi 'kriminal' fatal yang merusak masa depan seorang anak seumur hidupnya. Saya tidak berlebihan dengan ini. Mengapa? Apakah cukup banyak fasilitator ibu2 hamil dan menyusui paham betul makna IMD?

Saya kutipkan beberapa hal dari makalah sayasebagai konsultan Health Service Program United States Agency for International Development (USAID) yang disampaikan pada ikrar bersama 2010 ibu hamil dan bidan seluruh Deli Serdang tahun lalu:

1.  Apabila bayi dalam 1 jam kelahirannya tidak diberi kesempatan memulai proses menyusu pada ibunya, sangat mungkin bayi itu mempunyai kesulitan pada tahap pemberian ASI selanjutnya. Jadi keberhasilan seorang ibu memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan memperpanjangnya menjadi 2 tahun bersama makanan pendamping sangat bergantung dari proses pertama kali bayi menjangkau puting ibunya dan mengisapnya pada satu jam pertama begitu dia dilahirkan.

 2. Selama persalinan, bukan hanya rahim ibu yang berkontraksi untuk mengeluarkan bayi, tapi bayi sendiri melakukan beberapa gerakan yang memudahkannya 'meluncur' keluar. Salah satunya ATNR (Asymmetrical Tonic Neck Reflex). ATNR adalah refleks bayi sejak usia 18 minggu dalam rahim ibu yang mencakup gerakan berkesinambungan yang merangsang mekanisme keseimbangandan meningkatkan hubungan persarafan. Refleks ini diperkuat ketika kontraksi rahim ibu selama persalinan seakan2 memberi efek 'mengurut' si bayi. ATNR diaktivasi pula oleh gerakan lembut penolong persalinan mengolengkan kepala bayi yang baru keluar ke kiri dan ke kanan untuk mempermudah perjalanan selanjutnya mengeluarkan keseluruhan tubuhnya. Jadi, ATNR bukan hanya menolong kelahiran tapi juga diperkuat proses persalinan itu sendiri. Inilah salah satu sebab mengapa kelahiran melalui jalur operasi Caesar meningkatkan resiko hambatan tumbuh kembang anak. Namun ATNR bukanlah refleks yang harus dipertahankan. Begitu bayi mencapai usia 3-9 bulan ATNR sudah harus terintegrasi menjadi TNR (tonic Neck Reflex), reflex ketika bayi mulai belajar menegakkan leher hingga mampu merangkak. 

4,5,6.... (aih...panjang bgt artikelnya, gempor ah klo ditulis smw jadi diloncat aj y...syg di nyata online ga ada artikel ini)

Berhasilnya IMD juga bergantung daribagaimana seorang ibu mempertahankan diri sejak usia kehamilan dini. Kehamilan saya usia 5 minggu saja, payudara terasa sangat kencang dan seakan seluruh jaringan susu berlomba ikut memperbanyak diri demi mempersiapkan makanan bagi yang baru lahir!

Sebagaimana jauh seorang dokter atau bidan mengajar bagaimana mengurut payudara, bukan hanya meredakan rasa nyeri akibat bengkaknya kelenjar susu, tapi merangsang air susu mengalir deras saat menyusui? Adakah kelas2 khusus ibu hamil calon menyusui? Tuntunan mengatasi stres pasca melahirkan? Bimbingan mengatasi kesibukan rumah tangga, anak lain yang sudah besar, suami, dan pelbagai pekerjaan 'super woman' yang sebentar lagi melahirkan?

Terus terang, kesedihan akan memuncak bila bayi saya menolak ASI. Sebelum menyalahkan siapa2, coba pikirkan: apakah si kecil sudah lebih dulu saya tolak? Rejection Reaction muncul bukan dari anak, tapi dari ibu. Ibu mengenyahkan si bayi dari buaian dan payudaranya. Apapun alasannya. Tidak heran jika anak akan mencetuskan reaksi 'balasan' yang sama.

Saya menganjurkan extra virgin olive oil karena proses produksinya. Saya tidak yakin dengan 'etika produksi' dan 'kemasan' Virgin Coconut Oil. Prinsipnya, minyak tumbuhan tak bisa diproduksi melalui jalur pemanasan!

((Dikutip dari Konsultasi Nutrisi oleh Dr. Tan Shot Yen, Tabloid Nyata edisi III April 2009)

Biasakan Anak dengan Makanan Alami (By Dr. Tan Shot Yen)

Dengan tercapainya usia 24 bulan (2 tahun), anak sudah bukan bayi lagi. Gigi geliginya pun komplit, maka sudah saatnya dia mengunyah semua makanan padatnya. Bahkan di usia dua tahun dia tidak lagi butuh susu, termasuk asi. Sudah saatnya berhenti (pahami dengan kritis keika susu belum masuk pasar dagang dan mengatur perekonomian industri panganD). Anak sapi ketika sudah memamah rumput pun tidak pindah ke induk kambing untuk melanjutkan menyusu bukan? 

Semua kebutuhan gizinya sangat kaya terdapat pada tepung beras merah, berbagai kacang2an, ikan laut dalam, ayam, telur, tempe, segala jenis sayur berdaun hijau dan buah berbagai warna. Tinggal sekarang bagaimana kita mampu memberi contoh dan pendidikan untuk membiasakan lidah anak menyukai makanan alam. Kalsium untuk pertumbuhan gigi dan tulang banyak terdapat dalam sayur dan paparan sinar mataharidengan kandungan ultraviolet B sebagai sumber provitamin D3.

Sangat menyedihkan jika kita menginginkan anak sehat dan bertulang kuat tapi hanya dicekoki susu seperti bayi dan ia bermain dengan video game di kamar. Untuk pertumbuhan, anak membutuhkan protein langsung daging ayamnya, bukan kaldunya. Cincang daging ayam sesuai kemampuan gigitan anak atau bentuk menjadi bola2 kecil (bakso ayam bikinan sendiri bukan tepung) dicemlungkan dalam sup sayurnya.

Jadi jelaslah sekarang dimana protein itu diperoleh. Sumsum tulang tidak mengandung protein, hanya lemak (apalagi tulang bulat). Daripada mengasup lemak berkualitas buruk (seperti pada isi sumsum) lebih baik anak mendapat sumber lemak sehat seperti alpukat, ikan, dan bumbu kemin dan extra virgin olive oil yang dibubuhkan setelah masakan diangkat dari api.

Tidak ada literatur ilmiah yang mengatakan ceker itu sehat. Barangkali karena ceker adalah bagian termurah dari tubuh ayam dan agar tidak kedengaran 'parah2 amat', maka pada zaman kita belum mampu membeli protein daging ayam, dibubuhilah kisah tradisi dan 'kepercayaan' tentang ceker ayam.

(Dikutip dari Konsultasi Nutrisi oleh Dr. Tan Shot Yen, dari tabloid Nyata edisi II April 2011)